Laboratorium dapat
diartikan dari kata “Laboratory” seperti pada kamus Wellester’s yaitu “Abuilding
or room in wich scientific experiments are conducted or where drugs science
explosive are tested and compounded”. Menurut menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pendidikan Tgl. 5 Maret 1983, yang dimaksud dengan Laboratorium/studio
adalah sarana penunjang jurusan dalam study yang bersangkutan, dan sumber unit
daya dasar untuk pengembangan ilmu dan pendidikan. Dalam pendidikan
laboratorium adalah tempat proses belajar mengajar melalui metode praktikum
yang dapat menghasilkan praktikum hasil pengalaman belajar. Dimana siswa
berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala
yang dilengkapinya secara langsung. Praktikum didalam pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu metode mendidik untuk belajar dan mempraktekkan segala
aktifitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai suatu keahlian.
Kegiatan laboratorium IPA di sekolah secara lebih
jelas diungkapkan oleh Hodson (dalam Rosbiono,2003). Laboratorium sedikitnya
mencakup empat kegiatan utama, yaitu (a) untuk melaksanakan eksperimen,
(b).kerja laboratorium, (c). praktikum, dan (d) pelaksanaan didaktik pendidikan
IPA. Eksperimen
dilakukan di laboratorium guna menemukan bukti empiric untuk
memverifikasi dan menguji hipotesis, melalui kegiatan pengukuran dan pengamata.
Praktikum umumnya
digunakan untuk kegiatan belajar di laboratorium sekolah. Umumnya praktikum
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah atau penuntun praktikum yang telah
disusun guru dan bersifat verifikatif. Praktikum di sekolah seharusnya
dikembangkan lebih pada kegiatan inkuiri dan berkaitan erat dengan pelaksanaan pendidikan
IPA yang lebih berkualitas.
Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu dapat diartikan
sebagai kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
dengan memperhatikan mutu. Definisi ini digunakan oleh Organisasi Internasional
untuk Standardisasi (ISO) dan oleh Klinis dan Institut Standar Laboratorium
(CLSI). Kedua kelompok ini diakui secara Internasional oleh organisasi standar
laboratorium.
ISO 9000 mendefenisikan
manajemen mutu sebagai “ kegiatan yang terkoordinasi atau teratur untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu “. Hal ini erat
kaitannya dengan defenisi dari system struktur organisasi, sumber daya yang
berkualitas, proses dan prosedur yang diperlukan untuk menerapkan manajemen
mutu. Konsep manajemen mutu yang diguanakan pada saat ini pertama kali muncul
pada awal abad ke-20 dan merupakan hasil dari proses manufaktur dan toko.
ISO
17025 adalah sebuah sistem manajemen mutu laboratorium berstandar
internasional. ISO 17025 menetapkan persyaratan umum untuk kompetensi pengujian
dan kalibrasi, termasuk sampling. Ini mencakup pengujian dan kalibrasi dengan
menggunakan metode standar, metode non-standar, dan metode laboratorium yang
dikembangkan.
ISO
17025 digunakan oleh laboratorium dalam mengembangkan sistem manajemen untuk kualitas,
administrasi, dan teknis operasional. Pelanggan laboratorium, regulator, dan
badan akreditasi juga dapat menggunakannya dalam mengonfirmasi atau mengakui
kompetensi laboratorium.
Prosedur sistem manajemen mutu laboratorium yang
disyaratkan oleh ISO/IEC 17025: 2005, sekurang-kurangnya, adalah sebagai
berikut:
a.
Independensi Laboratorium dan Perlindungan Hak
Pelanggan;
b.
Pengendalian Rekaman dan Dokumen Sistem Manajemen
Mutu;
c.
Kaji Ulang Permintaan, Tender dan Kontrak Serta
Subkontrak Pengujian;
d.
Evaluasi Pemasok dan Pembelian;
e.
Pelayanan Kepada Pelanggan dan Penyelesaian Pengaduan;
f.
Pengendalian Pekerjaan Pengujian yang Tidak Sesuai dan
Peningkatan Berkelanjutan;
g.
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan;
h.
Audit Internal Laboratorium;
i.
Kaji Ulang Manajemen;
j.
Pengembangan Personil Laboratorium;
k.
Pengendalian Kondisi Akomodasi dan Lingkungan
Pengujian;
l.
Pemilihan, Pemutakhiran dan Validasi Metode Pengujian;
m.
Perhitungan Estimasi Ketidakpastian Pengujian;
n.
Pengelolaan Peralatan dan Bahan Acuan;
o.
Pengambilan Sampel dan Pengelolaan Sampel;
p.
Pengendalian Mutu Hasil Pengujian dan Uji Banding
Antar Laboratorium;
q.
Laporan Hasil Pengujian;
r.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Pengelolaan
Limbah Laboratorium
Berbeda
dengan laboratorium lain pada umumnya yang hanya bertanggung jawab terutama
pada produk yang dihasilkan, laboratorium IPA sekolah bertanggung jawab baik
terhadap proses maupun produk kegiatan laboratorium. Hal ini dapat dipahami
karena laboratorium sekolah berperan sebagai pengganti pembelajaran di kelas,
artinya laboratorium sekolah berperan juga sebagai wahana untuk proses
pembelajaran. Oleh karena itu, Laboratorium IPA sekolah harus dikelola dengan
sangat bersungguh-sungguh, sistematik, dan tepat sasaran, sehingga tujuan
pembelajaran yang berorientasi pada proses dan produk pembelajaran melalui
praktikum tercapai. Agar tujuan kegiatan praktikum di laboratorium tercapai
dengan baik, maka diperlukan suatu sistem tata kelola atau manajemen yang
sangat kuat, yang mencerminkan kualitas atau mutu proses/kegiatan laboratorium,
dengan senantiasa memperhatikan kepuasan pebelajar/siswa. Karena tata kelola
laboratorium dirancang untuk kualitas atau mutu, maka seringkali istilah sistem
tata kelola diartikan sebagai sistem manajemen mutu.
Idealnya,
laboratorium sekolah sebagai unit atau organisasi yang berorientasi pada
pencapaian proses dan produk, hendaknya menganut sistem manajemen mutu yang
telah terstandar secara nasional/internasional, yaitu sistem manajemen mutu ISO
9001:2008. Meskipun demikian, karena berbagai keterbatasan, paling tidak
laboratorium sekolah, memiliki sistem manajemen mutu mendekati sistem mutu
tersebut agar dapat mengorganisasikan kegiatan laboratorium secara menyeluruh,
dan semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan praktikum terkendali.
Yang penting, sistem manajemen mutu laboratorium harus mampu memenuhi kebutuhan
laboratorium dan kebutuhan siswa.
Dalam mengembangkan
sistem mutu laboratorium sekolah, hal yang pertama kali harus dilakukan oleh
pimpinan laboratorium adalah menetapkan kebijakan mutu, tujuan mutu,
struktur organisasi serta peraturan untuk:
a)
Memastikan bahwa semua personil laboratorium memahami visi
dan misi laboratorium.
b)
Memastikan bahwa semua personil laboratorium dapat melakukan
tugasnya masing-masing dengan baik dan terkendali
c)
Memastikan bahwa semua kegiatan, sumberdaya, sarana,
prasarana serta peralatan dan bahan di laboratorium teridentifikasi dan
terdokumentasi dengan baik.
d)
Menjamin bahwa siswa dapat melakukan kegiatan praktikum
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Sistem Manajemen Mutu Untuk Semua Proses
Kompleksitas dari sistem laboratorium mensyaratkan
bahwa banyak faktor yang harus diterapkan untuk menjamin mutu di laboratorium.
Beberapa faktor tersebut antara lain :
·
lingkungan laboratorium
·
prosedur pengendalian mutu
·
komunikasi
·
pencatatan
·
kecakapan dan staf yang
berpengalaman
·
alat dan bahan yang berkualitas.
Sistem Manajemen Mutu Laboratorium IPA
1. Organisasi Laboratorium
Laboratorium
memiliki struktur organisasi yang setiap anggotanya memiliki tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Kepala sekolah dalam organisasi laboratorium memiliki
tugas dan fungsi sebagai penanggungjawab. Kepala sekolah dan kepala
laboratorium memiliki hubungan hierarki dalam struktur organisasi laboratorium.
Dalam struktur organisasi laboratorium juga ada teknisi dan laboran yang
masing-masing memiliki tugas pokok dan fungsi dalam laboratorium.
2. Personal
Aspek personal
dalam manajemen mutu berkaitan dengan kompetensi dari setiap tenaga yang ada di
laboratorium. Kompetensi yang harus dimiliki setiap kepala laboratorium,
teknisi, dan laboran mengacu pada standar pemerintah No. 26 Tahun 2008. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki antara lain:
·
kompetensi kepribadian
·
kompetensi sosial
·
kompetensi manajerial
·
kompetensi administratif
·
kompetensi professional
3. Equipment
Equipment
dimaksud disini adalah peralatan yang ada di laboratorium. Adapun peralatan di
laboratorium yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, pengaduk, gelas
ukur, spiritus, dan segala alat yang biasa dipakai dalam praktikum.
4. Information management
Informasi
dibedakan berdasarkan sifatnya ada 2 yaitu akuntabilitas dan responsibilitas.
Informasi yang bersifat akuntabilitas adalah informasi yang arahnya vertikal
(keatas). Informasi yang bersifat akuntabilitas dapat dikatakan administratif.
Informasi yang bersifat responsibilitas adalah informasi yang arahnya
horizontal (kiri-kanan dan bawah). Informasi yang responsibilitas ini dapat
dikatakan bersama. Saat memanajemen informasi yang ada di laboratorium harus
bisa membedakan antara informasi yang bisa dibagikan ke publik dengan informasi
yang tidak bisa dibagikan ke publik. Sebagai contoh, kita tidak boleh
memberitahukan informasi tentang dimana membeli zat-zat kimia yang sifatnya
terlarang karena dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan
kriminal. Selain itu, kita sebaiknya melaporkan aliran dana yang ada di
laboratorium kepada anggota organisasi laboratorium saja.
5. Proses Pengendalian
Proses
pengendalian lebih menekankan pada penggunaan bahan yang berbahaya terhadap
praktikum terutama limbah. Setiap laboratorium harus memiliki tempat pembuangan
limbah hasil praktikum. Sebaiknya limbah dibuang di tempat sampah yang
berbeda-beda sesuai jenis limbahnya agar tidak terjadi kontaminasi ataupun
kecelakaan yang dapat membahayakan keselamatan orang-orang yang ada di
laboratorium. Terkait penggunaan bahan yang berbahaya dalam praktikum sebaiknya
diganti dengan bahan yang lebih aman bagi keselamatan praktikan akan tetapi
fungsinya sama.
6. Purchasing and Inventory
Sebelum membeli
barang untuk laboratorium sebaiknya di data dahulu alat dan bahan yang ada di
laboratorium. Alat dan bahan yang ada dicek kelayakannya dan jumlahnya. Apabila
stok alat atau bahan tinggal sedikit sebaiknya cepat-cepat dibeli atau dipesan sebelum
praktikum dilaksanakan agar tidak menghambat keterlaksanaan praktikum.
Inventarisasi alat dan bahan harus terus dilakukan dan dicatat sebagai laporan
kepada kepala laboratorium. Inventarisasi yang baik dapat menunjang kemajuan
laboratorium.
7. Document and Record
Dokumen yang
ada di laboratorium meliputi berita acara serta dokumen-dokumen kegiatan yang
ada di laboratorium. Perekaman berkaitan dengan alat yang dipakai di
laboratorium. Setiap kegiatan di laboratorium harus terdokumentasi dengan baik
sebagai pertanggungjawaban dalam mengelola laboratorium.
8. Occurred Management
Manajemen
terkait penyimpangan di laboratorium ditekankan pada antisipasi. Keamanan dan
keselamatan di laboratorium harus dibuat standar operasional prosedur
(SOP).
9. Assesment
Penilaian
merupakan target ketercapaian untuk setiap jenis layanan yang ada di
laboratorium. Setiap kegiatan yang ada di laboratorium haruslah dievaluasi atau
dimonitoring.
10. Facility and Safety
Fasilitas yang
mendukung keselamatan kerja di laboratorium antara lain: ventilasi, lemari
asam, alat pemadam kebakaran, aliran listrik, aliran air, dan sebagainya.
Selain itu, gunakanlah baju lab, masker dan sarung tangan saat praktikum guna
perlindungan diri dari bahaya zat ataupun alat.
11. Customer service
Kerja customer
service adalah piket terhadap kebersihan dan pelayanan yang ada di
laboratorium. Sekolah yang laboratoriumnya tidak memiliki customer service bisa
meminta siswa untuk membantu saat ada praktikum akan tetapi tidak mengganggu
aktivitas belajar siswa tersebut.
12. Process improvement
Proses kemajuan terhadap laboratorium dapat dilakukan dengan cara
merefleksi setiap kegiatan yang ada di laboratorium. Refleksi ini sangat
penting dilakukan guna kemajuan laboratorium.
Berdasarkan artikel diatas penulis mengajukan beberapa pertanyaan untuk di
diskusikan bersama dengan pembaca antara lain:
1. Aspek
apasajakah yang perlu diperhatikan agar manajemen mutu laboratorium IPA dapat terorganisasi
dengan baik?
2. Jika suatu
sekolah memiliki keterbatasan fasilitas laboratorium, dapatkah sekolah tersebut
mewujudkan laboratorium yang memliki sistem manajement mutu laboratorium IPA
yang baik? Usaha apa yang dapat dilakukan?
3. Dalam mengembangkan sistem mutu
laboratorium IPA sekolah diperlukan teknisi dan laboran yang
memiliki kecakapan dan berpengalaman. Jika disuatu sekolah mendapati
kendala keterbatasan staf yang memiliki keahlian tersebut, solusi apa yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?